Search
Search
Close this search box.

Biaya Energi Untuk Konsumsi Makanan

Table-for-OneJudul Asli : Table for One: The Energy Cost to Feed One Person
Penerbit    : INCPEN
Tahun        : 2009
Tebal          : 28 halaman

Buku ini ditulis berdasarkan hasil penelitian Dr Jan Kooijman, seorang ahli dalam sistem suplai makanan di tahun 1995. Hal tersebut dinisiasikan oleh INCPEN untuk memahami kebutuhan material dan energi yang dibutuhkan dalam rantai suplai makanan, dan khususnya, bagaimana kebutuhan tersebut berbeda beda di setiap jenis makanan. Sumber informasi utama diperoleh dari UK government’s National Food Survey yang telah melakukan survey mengenai konsumsi makanan mingguan di rumah tangga sejak tahun 1940.

Mengingat, telah banyak perubahan yang dilakukan di dunia tetapi pola makan kita tidak banyak berubah. Rata – rata, manusia masih mengkonsumsi makanan 10 kali dari berat badannya dalam setahun. Sementara proporsi energi yang dibutuhkan untuk menyajikan makanan yang biasa dikonsumsi setiap minggunya pun tetap sama.

Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah pemaparan jumlah penggunaan energi untuk pengadaan setiap 18 jenis makanan yang berbeda, mulai dari tahapan produksi makanan,  pengemasan, transport pengemasan, transport dari pabrik, ritel, perjalanan menuju toko, penyimpanan makanan di rumah, hingga proses penyajian makanan di rumah. Sehingga dapat terlihat, jenis serta proses suplai makanan yang menggunakan energi terbesar. Dengan demikian, kita dapat ikut berkontribusi dalam mengurangi dampak bagi perubahan iklim yang ternyata dapat kita lakukan melalui konsumsi makanan kita.

Satuan energi yang digunakan dalam buku ini yaitu standar metrik MJ/orang/minggu. Dimana 1 MJ setara dengan bohlam lampu terbaru „energy saving“ 11 Watt yang nyala selama 24 jam tanpa henti atau setara dengan bohlam lampu konvensional 60 Watt yang dinyalakan selama 5 jam tanpa henti. Pada buku tersebut, juga memperlihatkan perbandingan konsumsi energi di UK  untuk pengadaan makanan (337 MJ/orang/minggu) dan pengemasan makanan (35 MJ/orang/minggu) yang bersumber dari buku Table for one ini, dengan penggunaan mobil berkecepatan rata rata mobil 50 km/hari (1010 MJ/orang/minggu), penerbangan pesawat jet rute penerbangan tahunan arus balik dari London menuju Cape Town (760 MJ/orang/minggu), pemanas ruangan (600 MJ/orang/minggu), penerangan (100 MJ/orang/minggu), serta koran, majalah, dan junk mail (50 MJ/orang/minggu) yang bersumber dari buku Sustainable Energy – without the hot air. Dimana, terlihat bahwa konsumsi energi untuk pengadaan makanan cukup besar, yakni menempati posisi ke empat setelah pemanas ruangan.

Secara keseluruhan dari 18 jenis makanan yang diteliti, total konsumsi energi yang diperlukan dalam pengadaan makanan hingga siap dimakan, sebesar 50% energi (170 MJ/orang/minggu) digunakan untuk memproduksi makanan tersebut.  Hal tersebut berarti, dibutuhkan energi sebesar 170 MJ dalam memproduksi makanan untuk 1 orang dalam 1 minggu. Sementara sisa energi yang dikonsumsi, sebanyak 7% digunakan untuk pengemasan, 3% untuk transport kemasan, 4% untuk transport dari pabrik, 3% untuk ritel, 2% untuk perjalanan konsumen menuju toko, 17% untuk menyimpan makanan dirumah, dan 14% untuk proses penyajian makanan di rumah. Energi yang digunakan untuk produksi makanan, melindungi makanan agar tidak terkontaminasi dan tetap dalam kondisi yang baik (pengemasan), pendistribusian makanan, penyimpan, dan proses penyajian makanan, 5 kali lebih besar (337 MJ/orang/minggu) jika dibandingkan dengan nutrisi yang terkandung dalam makanan yang di konsumsi selama seminggu, yaitu sebesar 73 MJ/orang/minggu (14.000 kalori).

Adapun 18 jenis makanan yang diteliti penggunaan energinya yaitu, roti, sereal, keju, telur, lemak/minyak, ikan, buah segar, buah yang diawetkan, kentang, daging/produk daging, susu/produk susu, minuman beralkohol, minuman bersoda, teh dan kopi, makanan ringan, gula, sayur segar, sayur lainnya. Jenis makanan yang pemenuhan akan kebutuhan energinya terbesar dalam rantai pengadaan makanan adalah daging/produk daging sebesar 104 MJ/minggu. Sedangkan energi yang didapatkan dari konsumsi daging dalam seminggu adalah 7 MJ/minggu. Daging memenuhi sebanyak 12% dari pemasukan kalori kita. Lebih dari setengah energi yang dikonsumsi pada rantai pengadaan daging/produk daging (63%), dipergunakan untuk memproduksi daging, yaitu beternak dan memproses daging tersebut. Kurang dari sepertiga energi tersebut dipergunakan dalam penyimpanan (14 %) dan proses penyajian daging di rumah (13%). Susu serta produk susu menempati posisi kedua terbesar setelah daging, yang memiliki pemenuhan energi yang tinggi dalam rantai pengadaan makanan, yakni sebesar 38 MJ/minggu. Sementara energi yang diperoleh dari konsumsi susu/produk susu  dalam seminggu adalah 4.4 MJ/minggu, dimana susu memenuhi sebanyak 8% dari asupan kalori yang kita butuhkan. Pada rantai pengadaan susu/produk susu, kebutuhan energi terbesar yaitu pada tahap penyimpanan di rumah (38%). Pemenuhan energi terbesar ketiga dalam pengadaan makanan adalah roti sebesar 24 MJ/minggu, dimana roti memenuhi sebanyak 16% dari pemasukan kalori kita. Energi yang diperoleh dari konsumsi roti dalam seminggu adalah 10 MJ/minggu. Sebesar 46% energi digunakan untuk memproduksi roti dan 38% dipergunakan pada tahap penyimpanan di rumah.

Sementara penggunaan energi terkecil dalam pengadaan makanan yaitu gula sebesar 3.7 MJ/minggu dan makanan ringan sebanyak 4.3 MJ/minggu. Adapun energi yang didapatkan dari konsumsi gula dan makanan ringan selama seminggu adalah sebesar 3.8 MJ/minggu dan 6.8 MJ/minggu. Gula memenuhi sebanyak 6% dari asupan kalori yang dibutuhkan, sedangkan makanan ringan memenuhi sebesar 11% asupan kalori. Keduanya membutuhkan energi yang cukup besar pada tahap produksi makanan, gula sebesar 81% dan makanan ringan sebesar 70%. Selain itu, telur memerlukan energi sebesar 5 MJ/minggu dalam pengadaannya. Dari telur, energi yang kita dapatkan dalam mengkonsumsinya dalam seminggu yaitu 0.6 MJ/minggu atau setara dengan 150 kalori untuk 2 butir telur kecil. Telur memenuhi sebanyak 1% dari asupan kalori kita. Sebanyak 48% energi dalam pengadaan telur, diperlukan untuk proses produksi. Sepertiga energi tersebut dibutuhkan dalam proses penyajian (29%).

Penelitian tersebut juga memaparkan serta membandingkan pola konsumsi atau kecenderungan pemilihan makanan yang dikonsumsi dari 18 jenis makanan tersebut, pada tahun 1994 dan tahun 2007. Jika dibandingkan secara umum terlihat bahwa 3 jenis makanan yang paling sering dikonsumsi pada ke dua tahun tersebut sebenarnya tidak berubah, yaitu minuman (teh/kopi/minuman beralkohol), susu/produk susu, dan sayuran. Namun, hanya jumlah yang dikonsumsinya mengalami sedikit perubahan. Seperti pada tahun 1994, susu merupakan produk yang paling banyak di konsumsi, sebesar 21% atau sebanyak 2.4 Kg/orang/minggu. Sedangkan pada tahun 2007, konsumsinya menurun menjadi 18% atau sebanyak 2.1 Kg/orang/minggu. Lain halnya dengan konsumsi minuman yang bertambah, dari 18% (2.1 Kg/orang/minggu) naik menjadi 21% (2.5 Kg/orang/minggu). Sementara, gula/lemak merupakan pilihan jenis makanan yang paling tidak banyak dikonsumsi dengan kecenderungan konsumsi yang menurun, yakni sebesar 4% atau sebanyak 0.5 Kg/orang/minggu di tahun 1994 kemudian menurun menjadi 3% atau sebanyak 0.3 Kg/orang/minggu pada tahun 2007.

Selanjutnya, dengan mengetahui energi yang dibutuhkan dalam pengadaan beberapa jenis makanan, diharapkan kita dapat lebih bijak lagi dalam memilih makanan untuk dikonsumsi. Tentunya dengan mempertimbangkan kebutuhan asupan dan nilai gizi yang diperlukan manusia agar dapat menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan berenergi. Dengan demikian, kita dapat ikut memberikan kontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan menjaga kelestarian lingkungan.[WV]