Search
Search
Close this search box.

Waste Atlas 2013

waste-atlas-2013
Judul Asli     : Waste Atlas 2013 Report
Penerbit       : D-WASTE
Tahun           : 2013
Tebal            :  44 halaman

Salah satu hambatan utama berkembanganya teknologi di negara berkembang adalah keterbatasan sistem sumber pendataan atau database. Keberadaan database sangat penting untuk menggambarkan kondisi terkini dari suatu keadaan yang dapat mengacu pada pengambilan keputusan.  Sebagai contoh, tentunya akan sulit jika sebuah badan atau donor memberikan bantuan ke lokasi bencana jika tidak dibantu oleh data yang mendukung, yang bisa menggambarkan seperti apa kebutuhan di lapangan.

Sering kali kita dengar banyak pihak yang merasa kesulitan mendapatkan data-data, termasuk juga data terkait persampahan. Disisi lain, sekarang ini apapun bisa diakses dalam ”gengaman” melalui handphone, tablet ataupun lifebook. Teknologi mobile ini sudah memicu lahirnya aplikasi-aplikasi yang memenuhi pasar tersebut.

Data dari IBM (2012) menunjukkan ada 2.5 X 1018 data dihasilkan setiap harinya. Ada dua tantangan yang dihadapi pencari data di dunia maya untuk menyelam diantara lautan data yang tersebar dan kadang tersembunyi diberbagai jurnal, berita dan situs online lainnya, yaitu tantangan secara quantitative dan qualitative. Tantangan quantitative yaittu dalam hal mendapatkan data yang benar-benar cocok dan sesuai dengan kebutuhan. Satu lagi, tantangan qualitative yaitu munculnya data-data diawal pencarian karena data-data tersebut sering dicari orang.

Apakah kita pernah membayangkan satu pintu yang bisa membuka akses untuk mendapatkan data dari seluruh dunia, bisa diakses dari mana saja dan gratis? Waste Atlas adalah sebuat perangkat lunak yang dibuat atas dasar kebutuhan tersebut, untuk memudahkan kita mengakses dan memvisualisaskian data terkait persampahan di seluruh dunia dari mana saja. Waste Atlas yang sudah dikembangkan sejak setahun lalu ini muncul atas kebutuhan data yang significant dari dunia akademis dan professional dan fokus pada sampah perumahan atau municipal solid waste.

Data yang ditampilkan pada Waste Atlas mewakili berbagai negara di dunia dan mempunyai landasan kuat untuk justifikasi data yang juga dapat menggambarkan kebijakan-kebijakan lokal para pengambil keputusan. Namun yang terpenting dari semua adalah, Waste Atlas hadir untuk membandingkan situasi dan kondisi dari level kota, negara sampai ke global.

Bagi Waste Atlas, tantangan utama dalam menyajikan data tersebut adalah bagaimana menyajikan data yang banyak namun tetap memberikan arti dan sesuai kebutuhan. Data yang disajikanpun sudah melalui berbagai proses, dari validasi sumber data, review metode pengambilan data, perbandingan dengan data lain yang sejeni dan cross-check. Berbagai pihak ahli dengan peran masing-masing pun terlibat dalam pengembangan Waste Atlas, seperti D-waste, ISWA, Global Wtert Council, GIZ/SWEEP-Net, SWAPI dan University of Leeds.

Waste Atlas menampilkan beberapa data seperti produksi sampah rumah tangga, jumlah sampah yang dihasilkan per kepala, cakupan pelayanan pengambilan sampah, komposisi sampah dan lain-lain. Untuk komposisi sampah, data yang dihasilkan terdiri atas organic, kertas/karton, plastik, kaca dan sisa/residu. Selain data yang langsung terkait dengan persampahan, waste atlas juga menghimpun data terkait indikator sosial, ekonomi dan populasi dan pembangunan.

Selain kendala terkait data persampahan, pengembangan data juga terhambat perbedaan pengertian-pengertian berbeda yang dimiliki setiap individu yang menghasilkan data tersebut. Ada 3 kendala utama yang dihadapi dalam mengolah data yang ditampilkan pada Waste Atlas ini:

  1. Banyak makalah atau laporan yang menampilkan komposisi sampah pada ibu kota sebagai representasi dari suatu negara, begitu juga ekstrapolasi data yang seringkali kurang akurat.
  2. Perbedaan fraksi dalam komposisi sampah yang menimbulkan masalah konsistensi dan akhirnya menimbulan kesulitan untuk membandingkan.
  3. Berbagai definisi sampah perumahan yang tidak selalu sama di setiap Negara. Beberapa Negara juga memasukkan sampah konstruksi bangunan sebagai bagian dari kategori sampah perumahan.

Waste Atlas juga memiliki kemampuan untuk menampillkan data mengenai fasilitas teknologi pengelolaan sampah di suatu Negara, seperti teknologi insinerasi, tempat pemrosesan akhir (TPA) dan teknologi pengolahan sampah secara mekanis-biologis. Data ini ditampilkan dalam bentuk peta. Selain data tekniks Waste Atlas juga  menunjukkan lokasi dimana fasilitas tersebut berada. Visualisasi lokasi ini juga sering kali terkendala pencarian lokasi yang harus dilakukan sampai berkali-kali.

Keseragaman dan Manfaat Data

Data yang sedikit akan lebih memudahkan dibanding dengan data yang banyak. Tentunya adalah keberhasilan tersendiri jika data yang banyak diolah dan disajikan sedemikian rupa sehingga pembaca data akan mudah mengerti. Yang terpenting adalah bagaimana menjadikan kumpulan data tersebut sebagai rangkaian informasi, dikemas semenarik mungkin sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat dicerna oleh pembacanya. Salah satu contohnya adalah informasi bahwa satu orang dalam setiap tahunnya memproduksi sampah yang setara dengan 3-4 kali berat badannya.

Dalam penyajian data, Waste Atlas menggunakan berbagai media pembantu seperti diagram, peta, dan lengkap dengan berbagai tampilan warna-warni. Selain data individual, Waste Atlas juga menyajikan data yang sudah diolah seperti perbandingan antara produksi sampah dan pendapatan rata-rata. Bukan hanya itu, Waste Atlas juga menampilkan data tertentu yang disandingkan dengan data lain di berbagai Negara dan dikemas sebagai perbandingan data global. Karenanya keseragaman elemen yang dipilih dan kesepakatan pengertian sangatlah penting.

Saat ini Waste Atlas sudah mampu menyajikan data dari 162 negara, 1.700 kota, dan telah diakses oleh lebih dari 5000 pengguna yang mewakili 122 negara. Saat ini waste atlas adalah satu-satunya jendela yang menyajikan managemen data secara interaktif dan juga sebagai sumber database terbesar terkait pengelolaan sampah. Meskipun banyak data yang masih belum lengkap, namun diharapkan performa data yang ditampilkan dan juga jumlah penggunanya akan meningkat setiap tahunnya.

Sebagai kesimpulan, saat ini kebutuhan data semakin meningkat. Begitu pula pihka-pihak yang berburu data di dunia maya. Berbagai pihak dari dunia professional dan akademis pun ditantang untuk mempublikasikan data-data mereka sehingga keberadaannya dapat membawa manfaat bagi mereka yang membutuhkan.

Keberadaan data bagaikan perahu di lautan luas. Ribuan data tidak akan berarti apa-apa jika tidak bersandar pada pihak-pihak yang membutuhkan. Namun satu atau dua data akan sangat berarti dan dapat membuka jalan-jalan bagi penyusuran jalan-jalan selanjutnya jika bersandar pada “dermaga” yang tepat.

Berburu data di dunia maya membutuhkan keahlian, dan untuk menghasilkan data berkualitas bukan hanya membutuhkan keahlian namun juga seni dan kreatifitas. Kemampuan seseorang dalam membaca, mengolah dan menginterpretasikan data juga berbeda-beda. Jika ditampilkan tanpa diolah terlebih dahulu, ribuan bahkan ratusan data akan membuat suatu pekerjaan seperti penelitian atau survey, menjadi begitu melelahkan dan membosankan. Namun dengan trik-trik seperti yang dilakukan pada Waste Atlas, data ditampilkan dengan visualisasi yang menarik dan juga penuh arti. Tentunya ini akan memudahkan pengguna data untuk menggunakannya dan juga untuk membuka jalan penemuan baru di dunia professional maupun akademik. Semoga “perpustakaan ilmu yang” yang kaya akan data seperti Waste Atlas ini menjadi titik awal kemudahan dalam mengakses data sekaligus menggunakan dan mengembangkannya. Tentunya akan lebih baik lagi jika kontributor data Waste Atlas semakin meningkat, dan yang pasti Anda bisa menjadi salah satunya! [OC]